Mediakompasnews.com – Lampung Selatan – Iis Wahyudi Ketua Kelompok Tani dari Desa Bakti Rasa, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan selaku penerima bantuan hibah Program UPPO dari Kementerian Pertanian heboh dengan isu menjual sapi bantuan tersebut, yang kini ramai diperbincangkan.
Betapa tidak, menurut isu yang berkembang bahwa sapi bantuan program UPPO dijual sebanyak 3 ekor dari jumlah total 8 ekor. Sementara dalam kandang tetap ada sembilan ekor. 5 ekornya adalah milik warga setempat yang dipelihara. Sehingga jumlah tetap utuh.
Bahkan, bendahara kelompok tersebut pun diisukan menerima satu ekor sapi dan dipelihara oleh warga setempat, dengan sistem bagi hasil anaknya.
Ketua Kelompok Ternak Iis Wahyudi penerima bantuan Program UPPO dari Kementerian Pertanian saat dikonfirmasi oleh para awak media menjelaskan bahwa Kelompoknya dari Dusun Sindangsari Desa Bakti Rasa pada tahun 2021 akhir menerima Bantuan Program UPPO dari Kementerian Pertanian melalui jalur aspirasi perwakilan rakyat.
Bantuan tersebut senilai Rp.200.000.000 berupa :
1. Rumah Kompos dan Bak Fermentasi
2. Kandang Komunal
3. Ternak Sapi
4. UPPO (Unit Pengolahan Pupuk Organik)
5. Kendaraan Roda 3 (Bentor)
Terkait isu yang berkembang dan menuduh dirinya telah menggelapkan serta menjual, dirinya pun tersenyum dan membantahnya. Sebab menurutnya, jika menggelapkan tentu barangnya hilang. Sementara ini ada dan lengkap. Sedangkan sapi yang dijual adalah sapi yang mandul sebanyak 2 ekor, benar dijual. Namun Kembali dibelikan sapi betina yang produktif untuk menambah populasi.
“Kalau dituduh menggelapkan, itu hoaxs. Sedangkan kalau menjual saya katakan benar. Tetapi kami jual karena sapinya majer (mandul) dan kita belikan kembali sapi betina yang bagus untuk beranak. Sehingga bisa berkembang biak. Jadi jumlah total sapi tetap ada 8 ekor dan satu sudah beranak. Maka jumlahnya 9 ekor selama 2 tahun memelihara, ” terang Iis Wahyudi saat di konfirmasi di Kediamannya, Selasa (20/6/2023).
Menurutnya, tidak mungkin dirinya sembarangan menjual tampa sebab dan sudah berkoordinasi dengan salah satu dewan dari dapil Sragi. Karena melalui aspirasi dari dewan tersebut, kelompoknya mendapatkan bantuan.
“Ini hanya miskomunikasi dengan anggota kelompok. Karena jumlah kelompok saya ada 20 orang. Namun anggota rata-rata sudah sepuh. Dan mereka hanya sebatas menduga-duga. Bisa kita cek dan buktikan, bahwa bantuan UPPO tersebut kami belikan 7 ekor sapi betina dan 1 ekor jantan,” lanjutnya.
Iapun lebih detail menjelaskan, tujuan kita memelihara sapi adalah untuk menambah populasinya atau beranak. Sementara sudah dua tahun kita pelihara dengan baik, namun tak kunjung hamil. Dan divonis oleh mantri hewan mengalami majer (mandul) karena terdapat lemak yang berlebihan. Hal tersebut dibuktikan ketika disembelih oleh yang membelinya. Maka dijual untuk diganti dengan bibit yang bagus.
“Sementara uang dari penjualan 2 ekor sapi yang majer (mandul) kita belikan lagi sapi betina yang bagus. Sapinya ada di kandang. Bisa kita cek. Ya, itulah alasannya kita jual. Karena untuk apa kita memelihara sapi mandul. Sementara tenaga mengambil pakannya cukup menguras energi. Kalau kita tidak bisa, terpaksa kita beli rumput per satu karung Rp.30 ribu kali 8 ekor = 240 ribu perhari,” tuturnya.
Pengorbanan tenaga kita, jika memelihara sapi tidak kita hitung. Tetapi karena ini, kita mendapatkan amanah terpaksa kita jaga dan rawat. Agar sesuai tujuan pemerintah yakni, untuk ketahanan pangan dan mengembalikan struktur tanah yang sudah rusak dengan pupuk kompos organik,” imbuhnya.
Masih dikatakan Iis Wahyudi terkait isu bendahara memelihara, itu betul. Sapinya dipelihara oleh mang Acim. Karena Mang Acim dulu pekerja dikandang. Setelah menikah, dirinya berhenti dan memohon untuk memelihara supaya ada aktivitas. Maka ia memohon kepada bendahara. Itu tetap sapi kelompok dengan perjanjian satu kali anakan dikembalikan ke kelompok untuk dipelihara segara bergilir kepada anggota,” ungkapnya.
Sedangkan, titipan dari Ibu Fat itu murni bisnis penggemukan. Yakni, Ibu Fat mempunyai modal dan kita belikan sapi jantan 2 ekor untuk digemukkan. Dan ketika sudah besar, nanti kita jual. Itu diluar sapi kelompok. Maka kalau kita hitung ada jantan 3 dalam kandang. 1 milik kelompok 2 jantan punya relasi bisnis. Dan 6 ekor sapi betina milik kelompok. Maka jumlahnya ada 9 ekor.
“Artinya kalau punya kelompok tetap ada 8 ekor dan satu anakannya. Ini hanya miskomunikasi terhadap anggota. Saya maklum anggota ada 20 dengan usia sepuh. Sementara untuk merawat sudah tidak sanggup dan ditawarkan kepada yang muda, tidak berminat. Maka kita bersama bendahara yang aktif mengurusnya. Namun jika kita lagi ada kesibukan, kita menggunakan tenaga orang untuk menjaga dan merawatnya. Dengan imbalan kita upah,” paparnya.
“Sekali lagi saya terangkan kepada teman-teman bahwa, sapi kita jual sebanyak 2 ekor karena majer (mandul) dan uangnya kita belikan kembali sapi betina yang produktif dan bagus. Karena sesuai tujuan kita rawat agar menambah populasi atau beranak. Jelas ‘ya. Alasan kenapa kita jual,” Pungkasnya.
Penulis : Alfian/Nasuki