Mediakompasnews.Com – SUMBAR – Gas elpiji 3 kilogram bersubsidi yang diperuntuhkan bagi warga miskin langka ditemukan di Kec. Dua Koto, Kab. Pasaman akibat kelangkaan gas tersebut harganya melonjak tinggi dan menembus Rp.40 ribu/ tabung, sehingga membuat warga resah dan mengeluh.
Hal itu disampaikan Rita warga Nagari Simpang Tonang kepada awak media ini, Sabtu (22/4-2023), “Menurut Rita dia membeli gas elpiji disalah satu kedai pengecer di Simpang Tonang, jumat(21/4-2023) pagi, sore harinya harga sudah kembali naik, dan menembus Rp.40 ribu/ tabung,” kata Rita.
Melonjaknya harga gas tersebut di karenakan barangnya tidak ada alias menghilang di semua kedai pengecer. Saat gas elpiji dalam keadaan normal harganya sudah mencapai Rp.27 s/d Rp.28 ribu/ tabung.
“Bila harga ini dibandingkan dengan harga gas elpiji 3 kilogram di Kab. Serdang Bedagai, Sumut harganya hanya Rp.17 ribu/ tabung. Berarti pada hari biasa saja harganya sudah berbeda Rp 9 ribu s/d Rp.10 ribu/ tabung,” katanya.
Ini semuanya diduga akibat ada permainan oknum yang mengelola pemasaran. Sebab yang namanya gas bersubsidii di semua daerah HET nya juga harus sama. Begitupun kalau berbeda sedikit rasanya tidak apa apa.
Sekarang timbul pertanyaan kita, ada apa disebalik ini semua, dan siapa pula oknum yang bermain dan turut terlibat didalamnya…?. Sebab hal seperti ini biasanya sudah dikendalikan oknum oknum tingkat elit dan tidak bisa orang sembarangan.
Untuk itu kita sangat mengharapkan kepada pihak yang berkompoten agar bisa meng investigasinya apa penyebab harga gas mahal dan apa pula penyebab gas menghilang. Karena sudah sama kita ketahui apa bila barangnya langka sudah jelas harganya akan melonjak. Sekarang yang perlu di investigasi apa penyebab kelangkaan gas dimaksud,kata Rita.
Untuk itu dimohonkan kepada Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Suharyono agar dapat menurunkan tim guna melakukan penyelidikan diberbagai tempat. Kita sangat yakin bila Polri sudah turun tangan untuk melakukan investigasi sampai keakar rumput kita optimis pasti bisa ditemukan.
Sehingga warga miskin nantinya tidak lagi merasa mengeluh dan resah,karena gas elpiji sudah normal kembali dan harganyapun stabil ditingkat pengecer sebagai mana harga yang layak seperti di Sumatera Utara. (egh)