Mediakompasnews.com – Lebak – Diskusi Publik yang bertajuk mengeluarkan Banten dari Rongrongan Kerumunan Para Pemilik Kepentingan yang Menahun di gelar di Kampung Aweh Desa Kalang Anyar Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak Banten sukses di gelar dengan antusiasme peserta diskusi dan tamu undangan.
Hadir narasumber Mohammad Ojat Sudrajat mantan juru bicara Al Muktabar yang kini melekat dengan PJ Gubernur Banten, H Akhmad Jazuli Mantan Juru Bicara Ratu Atut Chosiyah Eks Gubernur Banten, H Adi Abdillah Marta Founder Adab Foundation sekaligus tokoh muda nasional yang kini di daulat menjadi Ketua 1 Pengurus Besar Mathla’ul Anwar dan Arwan Tokoh Muda Banten yang jadi Presidium FORWATU BANTEN.
Arwan dalam sambutannya mengatakan bahwa sejak kepemimpinan Al Muktabar para mafia proyek seakan perlahan mati dan Banten miliki warna lain meskipun tak mudah keluar dari zona nyaman yang biasa terjadi di pemerintah Propinsi Banten.
“Saya akui sebaga pribadi yang ikhtiar mencari pekerjaan di Pemerintahan Propinsi Banten sulit saat ini menjual nama besar hanya untuk mencari keuntungan pribadi, artinya ini adalah salah satu contoh mulai sehatnya kondisi pergerakan mendapatkan pekerjaan yang biasa hanya mengandalkan kedekatan pada penguasa.” ungkap Arwan dalam pemaparannya.
Mohomad Ojat Sudrajat yang di daulat sebagai Narasumber Utama dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa Banten sudah merangkak naik sebagai Propinsi yang meninggalkan pola kolusif dengan hanya menggantungkan harapan pada soal kedekatan.
“Saya sudah berhenti sebagai juru bicara Al Muktabar saat, Pak Al naik menjadi Penjabat Gubernur Banten sebelum di tetapkan kedua kalinya. Namun citra Saya di anggap melekat ke beliau. Saya berada pada Fase bingung antara bersyukur atau beban karena Saya dianggap seolah-olah mendapatkan kue APBD yang biasa terjadi di bumi Banten ini. Jujur Saya katakan, Saya menjaga Marwah Pak Al sehingga Saya puas tanpa harus terbebani dengan soal tuduhan orang terhadap Pemprov Banten. Jika Saya mau dan Pak Al Muktabar melakukan upaya perampokan terhadap APBD saya orang pertama yang menolak kegiatan Diskusi ini lebih baik saya dampingi beliau saat beliau di SK kan kembali oleh Kemendagri.” Tegas Mohammad Ojat Sudrajat.
H. Akmad Jazuli mengirim pesan dalam paparannya bahwa Banten ini rusak oleh orang Banten nya itu sendiri sehingga kita tidak pernah maju dalam membangun Banten.
“Peutuey mah rusakna Ku hileud Peutuey artinya Banten di rusak oleh kita sendiri yang tidak mau bersatu. FORWATU ini jadi simbol persatuan dimana berbagai ormas berhimpun di FORWATU. Sebagai Eks juru bicara Atut saya sampaikan bahwa kepemimpinan Al Muktabar itu berbeda sekali dengan Atut dimana Pak Al Muktabar mandataris dari Pusat telah bersikap hati hati. Al Muktabar itu Dosen dan Kompetensi nya lebih pada bicara harus benar meskipun banyak yang resah. Saya yakini setahun kemudian kita akan melihat perubahan lain dari Banten.” Papar Akhmad Jazuli.
Adi Abdillah Marta yang didaulat menjadi narasumber ketiga juga menyampaikan soal Keberanian Al Muktabar mereformasi birokrasi tanpa melihat kepentingan pribadi yang menjadi penyakit pejabat Banten.
“Saya mengakui kegaduhan yang terjadi di Banten akhir akhir ini itu karena perang Kepentingan. Orang yang tegak lurus ditengah badai biasanya goyah akan terjangan. Namun ketika Pak Al Muktabar mengeksekusi proses Mutasi Rotasi kemarin terjawab sudah dari komposisi pejabat yang dipindahtugaskan lebih pada kepentingan rakyat tanpa mau digoda dengan beragam tawaran tawaran yang mungkin saja masih menggurita di Banten. Ini yang kemudian menurut Saya bahwa Banten menuju berAdab.” Papar Founder Adab Foundation ini.
Dalam Paparan Akhirnya Arwan selalu Presidium FORWATU BANTEN menyampaikan pesan khusus dalam rekomendasi yang dituangkan utuh sebagai kerumunan keresahan masyarakat Banten.
“Saya men-tracking beragam komentar dari media sosial, berita online hingga ungkapan langsung dari berbagai tokoh SE tahun ke depan Al Muktabar harus berani membuka diri untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat manapun, mampu menjaga kondusifitas masyarakat dengan sering tampil menjelaskan langsung atau menggunakan mekanisme kelembagaan dalam meredam da merespon perbedaan. Saya juga menyoal prosesi penempatan orang per orang yang dianggap mumpuni untuk dilibatkan dalam membangun Banten bersam. Jika kemudian diantara kami kayak untuk masuk pemerintahan sebagai apapun sah untuk diikhtiarkan dan sesuai kriteria dan aturan maka Pak Al Muktabar harus membuka diri untuk memberikan peluang kepada masyarakat Banten yang terpilih miliki integritas dan kualitas.” Tutup Arwan yang juga sebagai Inisiator Kegiatan Diskusi Publik ini.
(M.Irwansyah)